Laporan Video Micro Teaching Online Bersama Dosen Pengampu Prof. Dr. Marsigit, M.A.
Hidup itu penuh dengan persimpangan, perempatan, perlimaan, mau belok kanan, belok kiri, atau terus itu adalah sebuah peristiwa-peristiwa atau fenomena-fenomena yang kita jalani.
Pendidikan bisa
dinaikkan sampai paling tinggi dan juga bisa diturunkan paling rendah sampai
pada materinya. Secara spiritual fungsi daripada spiritual adalah
memfasilitasi. Kata memfasilitasi dari paling bawah dan atas itu adalah
relevan. Fungsi yang paling tinggi daripada pendidikan adalah memfasilitasi
peserta didik.
Secara spiritual
apabila dinaikkan fenomena guru siswa itu ada. Murid Nabi Muhammad SAW yang
paling cerdas adalah Abu Bakar Sidiq.
Ada cerita dari
Rasulullah, ada sahabat yang bertanya kepada Rasulullah “ Ya Rasulullah,
sebenar-benarnya saya, saya ingin melihat wajah mu yang sebenarnya seperti
apa”, kemudia Rasulullah menjawab “jikalau ingin melihat wajah saya yang
sebenarnya, silahkan lihat lubang telingga anak saya”. Kemudia satu-persatu para
sahabat melihat lubang telingga anak Rasulullah itu, dan hanya seorang yang
tidak mau melihat, kemudia Rasulullah bertanya “wahai Abu Bakar, kenapa kamu
tidak mau melihat”, Abu Bakar menjawab “Ya Rasulullah, walaupun saya tidak
melihat, tetapi setiap saat dalam keadaan apapun dan di manapun, bahkan dalam
keadaan apapun saya merasa selalu menatap wajah Rasulullah”. Rasulullah
menjawab “kamu adalah murid saya yang paling cerdas Abu bakar”.
Fenomena mendidik
apabila diteruskan harus sesuai dengan metode. Metode menyesuaikan levelnya.
Fungsi pendidikan secara spiritual memfasilitasi, malaikat Jibril juga
memfasilitasi Rasulullah, seperti bagaimana bisa terbang (Isra Mi’raj).
Secara spiritual tujuan
dari pendidikan adalah memfasilitasi peserta didik agar mengerti dan
menjalankan perintah daripada Tuhan dan menjauhi larangannya.
Diturunkan dalam
filsafat adalah memfasilitasi para siswa agar mampu membangun hidup (hablum
minallah hablum minannas). Secara psikologi sosial diturunkan lagi levelnya
fungsi pendidikan adalah memerdekakan siswa. Bagaimana supaya merdeka ? supaya
merdeka ada pendekatan paradigm mengurangi interpensi para guru dan memberikan
kesempatan seluas-luasnya aktivitas siswa.
Pendidikan apabila
dibelah menjadi dua ada dua macam, yakni kepentingan guru atau kepentingan
siswa. Guru mewakili generasi tua dan siswa mewakili generasi muda. Kepentingan
orang tua adalah ambisi dan kepentingan orang muda adalah kebutuhan.
Setiap langkah,
tindakan, kata-kata dapat bercermin dari sebuah teori. Ambisi ada dua macam,
yakni ambisi baik dan ambisi buruk.
Penjajah mempunyai
ambisi, secara umum semua daripada penjajah adalah memiliki ambisi buruk.
Kebutuhan siswa dibelah menjadi dua atau pembelajaran adalah direct teaching
dan indirecting teaching yaitu pembelajaran terkendali dan pembelajaran yang
kurang terkendali.
Direct teaching adalah
hand koneksitivis siswa yang aktif dan indirecting teaching adalah bersentral
pada guru.
Inovasi dalam
pembelajaran matematika melalui mikro teaching adalah move on dari penjajah,
pemerintah ke masyarakat, guru ke siswa, orang tua ke anaknya.
Teaching centered atau
ambisi atau indirecting teaching.
Guru sebagai aktor
adalah ambisi dari orang tua.
Beberapa kasus
diantaranya adalah sebagai berikut:
Apersepsi.
Yang dikirkan mengenai apersepsi adalah hanya tentang ingatan. Apersepsi
sebenarnya adalah keterampilan hidup mulai dari ingatan, mengerjakan,
mendengar, menulis, dan sebagainya.
Apersepsi tidak hanya
pikiran tetapi sebuah pengalaman. Pengalaman itu lengkap yakni melibatkan
seluruh panca indra.
Contoh persoalan yaitu
apabila Anda menunjuk beberapa orang dalam rangka untuk apersepsi, siswa lain
tidak memperhatikan.
Fenomena pembelajaran
adalah satu semester. Fenomena keseluruhan yang dipadatkan atau dipersingkat
adalah sebuah mikro walaupun kurang akurat.
Pembelajaran tatap muka
atau luring apersepsi yang paling baik adalah siswa diberi soal untuk
dikerjakan tanpa terkecuali. Jadi, apersepsi bukan untuk siswa satu tetapi
untuk seluruh siswa.
Dalam pembelajaran
daring memiliki masalah yakni Beetwen The Voice and The Writing yakni antara
yang terucap dan tertulis banyak yang terucap.
Semua guru di dunia
terjebak kepada pembelajaran yang tradisional dikarenakan keterbatasan daripada
daring. Jadi, rencana sepuluh tahun kemarin yang berorientasi kepada siswa itu
telah gagal.
Porsi apersepsi,
struktur pembelajaran harus tepat yaitu pendahuluan, kegiatan inti, dan LKPD.
LKPD / LKS bukan hanya kumpulan soal, tetapi kebanyakan mahasiswa membuat itu
hanya sebuah kumpulan soal, sehingga ini akan menjadi masalah dalam proses
pembelajaran.
Mikro teaching seperti
itu sama halnya dengan bimbingan belajar. Bimbingan belajar yang terfavorit
adalah menyelesaikan soal, karena tuntutan siswa adalah menyelesaikan soal. Ini
berarti sama halnya dengan kebutuhan siswa karena ambisi orang tua.
Yang seharusnya dicapai
dalam mikro teaching adalah membangun hidup. Hidup apabila di break down itu
seperti membangun keluarga, membangun konsep matematika, dan menemukan rumus.
Pembelajaran semua
bermasalah pada beetwen yakni antara lisan dan tertulis, seharusnya banyak
hal-hal yang diucapkan secara lisan itu adalah tertulis. Aliran konstrutivis
eksim hanyalah untuk pembanding, agar para calon pendidik sadar. Bahkan, guru
dilarang keras menjelaskan materi atau konten kepada siswa sebab akan
menginterferensi siswa dalam rangka membangun ilmu atau menemukan rumus
matematika. Guru hanya memfasilitasi proses pembelajaran.
LKPD yang digunakan
dalam proses pembelajaran itu haruslah lengkap, yakni ada apersepsi, contoh-contoh.
Direct teaching yakni
pembelajaran yang sangat terkendali. Kesimpulan apabila dibuat sebanding itu
bisa dalam proses yaitu jawaban siswa bisa ditayangkan. Secara konstruktivis
guru itu salah apabila mengarahkan kesimpulan menjadi kesimpulan yang sama.
Seharusnya kesimpulan itu berbeda-beda, ada kesimpulan perantara dan kesimpulan
akhir.
Siswa diberi kesempatan
untuk menyimpulkan terlebih dahulu secara beda, baru setelah itu ada kegiatan
bersama-sama mencari persamaan setelah kesimpulan atau kesimpulan utama.
Ciri khas dari ambisi
orang tua, dari directing teaching adalah ekspetasi guru yang sangat kuat bahwa
siswa itu harus begini, harus begini, dan harus begini.
Penelitian S2 Prof
Marsigit yakni menganalisis menggunakan metode etnografi, menganalisis kalimat
guru dengan kata-kata dan kalimat guru yang seperti apa, akan menunjukkan guru
itu demokratis atau otoriter. Ambisi guru yang directing teaching adalah ambisi
yang otoriter.
Guru yang demokratis
adalah guru yang mendengarkan, melayani kebutuhan siswa. Ciri pembelajaran
directing teaching adalah menggunakan kalimat-kalimat yang panjang dan
tertutup. Contoh, pertanyaan yang menuju satu titik.
Masalah selanjutnya
adalah penggunaan LKPD. LKPD bukan merupakan kumpulan soal, tetapi memuat
langkah-langkah untuk menemukan rumus atau prosedur matematika seperti
kesimpulan kesatu, kedua, dan ketiga yakni merupakan prosedur matematika.
Bagus dan tidak itu
sesuai dengan pengalaman, keadaan, zaman. Bagi dunia ambisi orang tua,
directing teaching, teacher centered iru sudah bagus. Karena penilaian itu
tergantung masing-masing orang.
Dulu metode teacher
center dalam mikro teaching suara itu dinilai, dan dikritik. Dalam RPP
sebaiknya penulisan hanya berfokus pada kegiatan guru atau langkah-langkah
proses pembelajaran guru, dan tidak perlu terdapat kegiatan siswa.
Kegiatan inti harusnya
sesuai dengan metode yang digunakan pada saat proses pembelajaran.
Persepsi itu milik
siswa bukan guru. Salah satu ciri guru directing adalah memberi saran seperti
Anda harus begini, begini, dan begini.
Didalam proses
pembelajaran sebaiknya kita calon pendidik memanggil siswa itu jangan anak-anak
tetapi para siswa, Kenapa ? Karena agar mereka bisa menjadi lebih dewasa dan
bertanggung jawab.
Dalam pembelajaran
kesimpulan yang baik adalah dilakukan oleh semua siswa.
Mengulas video mikro
teaching dari mahasiswa:
Pembukaan, guru membuka
pembelajaran serta berdoa sesuai dengan keyakinan masing-masing (saat proses
pembelajaran guru hendaknya harus menguasai materi).
Apersepsi, siswa
diberikan sebuah contoh permasalahan dengan mengirimkan soal di WA grub dan
kemudian menampilkan materi melalui share screen (apersepsi diberikan kepada
semua siswa, bukan hanya satu siswa saja).
Di dalam pembelajaran
luring atau tatap muka siswa diberikan kesempatan untuk memahami permasalahan
terlebih dahulu, tetapi karena daring sehinga waktu jeda terasa seperti lama.
Seharusnya disini
setelah apersepsi itu kemudian sudah masuk langkah-langkah metode yang
digunakan, yakni bisa saintifik, etnomatematika, realistic atau teori Bruner.
Metode saintifik yakni
mengidentifikasi benda-benda konkret, menyebutkan sifat-sifat matematika yang
ada pada benda konkret. Kemudian membuat model konkret atau menggambarkan
kembali bagaimana sifat dari benda-benda dimensi tiga.
Dalam video tersebut
penggunaan metode belum sepenuhnya digunakan. Seharusnya penggunaan metode
harus disesuaikan dengan LKPD yang diberikan. Langkah-langkah harus ditulis
sesuai sehingga para siswa dan pembaca juga mengerti atau paham akan proses
pembelajaran berlangsung.
Sebenar-benar hidup
apabila dibagi itu menjadi dua yakni logos dan mitos. Logos adalah memikirkan
dan mitos tidak memikirkan.
Kegiatan mikro teaching
tersebut sudah bagus, sudah melibatkan seluruh kegiatan siswa dan juga ada
kegiatan aktivitas siswa.
Ketika guru sudah
melepaskan bola yakni bola kesimpulan. Seperti silahkan Anda menyimpulkan,
tulislah. Sebuah kesimpulannya hendaklah di tayangkan, ditunjukkan kepada semua
orang. Kemudian dibandingkan satu dengan yang lain.
Mencari ilmu harus
ikhlas, apabila tidak ikhlas tidak akan mendapat ilmu. Salah satu ikhlas
tersenyum, senang, bertemu dosen, guru merasa barokah.
Komentar
Posting Komentar