Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu Pertemuan Keenam Bersama Dosen Pengampu Prof. Dr. Marsigit, M.A.

Selasa, 30 Maret 2021 merupakan kuliah pertemuan keenam mata kuliah filsafat ilmu untuk Program Studi Pendidikan Matematika Intake 2020/2021 kelas D.

Kuliah dibuka dengan berdoa bersama menurut keyakinan masing-masing, lalu dosen mengingatkan untuk mengisi daftar hadir di whatsapp dan juga online.

Filsafat menembus ruang dan waktu adalah suatu fenomena yang sangat mendasar yaitu fenomena hermenetik yakni semua perjalanan dari yang ada dan yang mungkin ada dalam kurun waktunya.

Menembus ruang dan waktu objeknya meliputi yang ada dan yang mungkin ada (objek metafisik). Objek filsafat adalah objek formal (bentuk / wadah) dan objek material (isi / substansi). Jadi, secara metafisik setiap isi itu memiliki wadah dan setiap wadah memiliki isi artinya suatu wadah itu pasti ada isi dan dalam isi tentu ada wadah.

Filsafat adalah sebuah penjelasan. Apabila kita mengadakan wadah itu sama dengan isi namun tidak ada penjelasan maka berarti itu sama aja dengan mitos.

Hidup dibagi menjadi dua yakni mitos dan logos. Sebenar-benarnya hidup adalah berusaha menjadi logos dan keluar dari mitos. Logos berarti memikirkan, sedangan mitos berarti tidak memikirkan. Jadi, sebenar-benarnya filsafat adalah logos, yaitu memikirkannya dari suatu statement wadah adalah isi.

Tiadalah memikirkan jika tidak ada penjelasan. Jadi, sebenar-benarnya memikirkan dalam filsafat adalah penjelasan. Seorang yang belajar filsafat atau seorang filsuf yang mengatakan wadah adalah isi, maka ia harus mampu menjelaskannya. Karena apabila tidak bisa mejelaskan, maka akan menjadi masalah bagi orang kamensen (orang awam).

Penjelasan wadah sama dengan isi bisa melalui dengan memberikan sebuah contoh-contoh. Misalnya, Pak Marsigit itu adalah wadah, maka pikiran nya Pak Marsigit isi.

Ada dua macam objek, yakni objek formal dan objek material. Objek formal adalah bentuk atau wadahnya, sedangkan objek material adalah isi atau substansinya. Jadi, sembarang perkara baik itu spiritual ataupun material dapat dipikirkan atau dipandang sebagai wadah dan isi.

Misalnya, rumus matematika dalil Phytagoras  itu bisa dianggap sebagai isi atau wadah nya. Maka, semua contoh adalah isi dari wadahnya. Apabila dipandang sebagai wadah, maka semua yang menggantikan a, b, dan c itu adalah isi-isinya.

Kemudian hubungan antara gambar segitiga siku-siku dengan dalil Phytagoras adalah dimana gambar merupakan contoh dari bentuk, konsep segitiga siku-siku. Konsep segitiga siku-siku adalah benda piker yang ada di dalam pikiran. Jadi, benda piker yang ada dalam pikiran, berupa konsep segitiga siku-siku mempunyai isi, isinya adalah benda konkret atau model segitiga siku-siku yang bisa kita lihat. Dalam filsafat semua realita bisa dipandang sebagai isinya pikiran.

Apabila pikiran kita terdapat manusia, maka manusia sebagai bentuknya, contoh nya mba Wiwin, Mba Nopi, Mba Firda, Mba Dwi, dan seterusnya itu sebagai contohnya. Jadi, secara filsafat kedudukan dari realita dapat dipandang sebagai isi daripada pikiran.

Hidup tidak hanya pikiran manusia, tetapi hidup itu adalah ciptaan Tuhan spiritualitasnya. Apabila ditingkatkan maka pikiran itu tergantung perasaan dan keyakinan. Perasan dan keyakinan ini berdomisili daripada ilmu tentang keimanan dan taqwa kepada Tuhan.

Hati memuat pikiran atau pikiran termuat di dalam hati. Jadi, apabila hati tidak baik, maka bisa menimbulkan pikiran yang tidak baik, tetapi pikiran yang tidak baik bisa dikendalikan oleh hati.

Kuasa Tuhan adalah kausa prima, wadah yang merupakan wadah dari semua isi ciptaan Tuhan. Kausa prima sebagai sebab utama dan sebab pertama atau wadah utama dan wadah pertama dari ciptaan Tuhan. Jadi, ciptaan Tuhan merangkum semua nya, yakni termasuk hati dan pikiran manusia, juga pendidikan matematika.

Objek secara metafisik adalah yang ada dan yang mungkin ada. Metodologi nya secara epistemologis ada tiga pilar yaitu, ontologi, epistimologi, dan aksiologi. Ontologi juga ada tiga pilar, yakni ontologi, epistimologi, dan aksiologi. Aksiologi juga ada tiga pilar, yakni ontologi, epistimologi, dan aksiologi.

Arti dari kalimat di atas adalah unsur daripada ketiga pilar itu salah satunya tidak bisa diabaikan. Misalnya, suatu kebaikan itu adalah aksiologi, maka apabila suatu kebaikan disampaikan dengan cara tidak baik, maka akan hilang artinya.

Arti adalah ontologi, meyampaikan secara tidak baik itu epistimologi, kebaikan yang dimaksud adalah aksiologi. Jadi, kebaikan apapun apabila disampaikan dengan tidak baik maka akan hilang artinya.

Secanggih-canggih nya alat, tetapi apabila tidak baik nilai nya maka hakikat nya juga menjadi tidak baik.

Bahasa analog adalah bahasa perumpamaan di atas bahasa kiasan. Bahasa analog adalah bahasa untuk menembus ruang dan waktu.

Secara epistimologi pikiran kita yang disebut dengan cerdas di dalam  filsafat adalah ketika orang bisa menempatkan di dalam ruang dan waktu yakni dengan metode yang sesuai ruang dan waktu nya.

Apabila dunia itu berstruktur maka semuannya pun berstruktur. Tubuh berstruktur, pikiran berstruktur, dan hati berstruktur. Hati yang tergoda oleh syaiton maka struktur nya harus berada di bawah sedangkan hati yang dituntun oleh Nur (cahaya) dari malaikat maka strukturnya harus di atas.

Struktur yang paling sederhana dari yang ada dan yang mungkin ada adalah wadah dan isi atau secara keseluruhan fatal dan vital. Fatal adalah wadahnya, maka isi nya adalah vital ataupun sebaliknya.

Berangkat dari struktur yang sederhana, maka dunia berstruktur. Ketika filsafat itu klasik pada zaman Yunani struktur dunia hanya ada dua, yaitu saya dan bukan saya. Jadi, filsafat pada zaman itu fokus kepada apa yang terjadi dan bagaimana, dan apa bahan untuk terbuatnya lingkungan.

Filsafat pertama adalah filsafat alam, kemudian berkembang diriku itu adalah yang aku pikirkan, dan bukan diriku adalah diri yang ada di luar diriku atau realita. Yang aku pikirkan menjadi rasionalisme dan realita menjadi empirisisme.

Struktur dunia ada tiga pada saat zaman Auguste Comte yaitu yang dari bawah spiritualitas, paling tinggi adalah positif, dan ditengah adalah metafisik. Dunia dalam hidup ialah pikiran manusia, mulai dari arkhaik, tribal, feudal, modern, pos modern, dan seterusnya.

Secara metafisik ada metode yaitu yang ada, mengada, dan pengada. Dan secara metafisik juga metode nya adalah epistimologi. Mengada adalah sebagai suatu kegiatan dan pengada adalah sebagai suatu produk atau hasil.

Karena dunia berstruktur maka kita pun juga memiliki metode yang berstruktur dengan kata-kata yang berstruktur. Makna dari menembus ruang dan waktu yakni di ekstensikan atau diperluas (mengandung unsur dipersempit), ketika orang memperluas sebenarnya dia sedang mempersempit, dan ketika orang diperdalam maka mengandung maksud dipertinggi. Karena sebenar-benarnya orang yang mendalami sebenarnya dia juga sedang meninggikan.

Tata cara adalah adab, maka orang yang beradab adalah orang yang mengetahui tata cara, sebaliknya orang yang tidak mengetahui tata cara adalah orang yang tidak beradab.

Misalnya, kata mencari atau riset, dalam pembelajaran matematika guru-guru tidak pernah berbicara menggunakan kata riset, tetapi yang mereka pikirkan sebenarnya adalah kata mencari. Padahal kata mencari itu sama juga dengan kata riset. Jadi, sebenar-benarnya orang cerdas dia akan mampu menggunakan nya sesuai dengan peruntukannya.

Apabila sudah tataran spiritualitas tidak ada kata-kata riset, yang ada adalah kata mencari, yaitu kata-kata yang relevan. Jadi, kata mencari lebih ekstensi daripada riset. Tetapi apabila kita gabungan kata mencari atau riset ini dengan ilmiah, maka riset ilmiah itu cocok, tapi tidak ada mencari ilmiah. Jadi, riset itu lebih sempit , tetapi lebih dalam pada dimensi atau level nya.

Setiap orang mendefinisikan ilmu itu berbeda-beda, misalnya orang awam mendefiniskan ilmu yaitu ada ilmu kebatinan, ilmu putih, ilmu hitam, ilmu kebal.

Ilmu itu ada yakni mulai dari konsep dan struktur nya. Konsep yang paling rendah adalah konsep. Konsep itu di atasnya menyusun pengetahuan, pengetahuan menyusun ilmu, dan ilmu menyusun ilmu pengetahuan.

Ada cerita dari Rasulullah, ada sahabat yang bertanya kepada Rasulullah “ Ya Rasulullah, sebenar-benarnya saya, saya ingin melihat wajah mu yang sebenarnya seperti apa”, kemudia Rasulullah menjawab “jikalau ingin melihat wajah saya yang sebenarnya, silahkan lihat lubang telingga anak saya”. Kemudia satu-persatu para sahabat melihat lubang telingga anak Rasulullah itu, dan hanya seorang yang tidak mau melihat, kemudia Rasulullah bertanya “wahai Abu Bakar, kenapa kamu tidak mau melihat”, Abu Bakar menjawab “Ya Rasulullah, walaupun saya tidak melihat, tetapi setiap saat dalam keadaan apapun dan di manapun saya merasa selalu menatap wajah Rasulullah”. Rasulullah menjawab “kamu adalah murid saya yang paling cerdas Abu bakar”.

Kita bisa mengungkap fenomena pembelajaran matematika dengan bahas analog yang sesuai dengan perutukannya, yang naik turun intensi dan dikembangkan bisa ekstensi yaitu dengan cara membaca dan membaca referensi.

Metode berpikir ada empat komponen yaitu sintetik, a posteriori, analitik, dan a priori.

Sebenar-benarnya bodoh dalam filsafat adalah orang yang tidak sesuai ruang dan waktunya.

A priori yaitu paham walaupun belum melihat, sedangkan a posteriori yaitu paham setelah melihat.

Sintetik dalam realita atau fenomena adalah hubungan sebab akibat dari fenoema satu, dua, dan seterusnya. Tetapi, tidak semua peristiwa ada hubungan sebab akibat.

Pikiran spiritual adalah doa. Ilmu ada di dalam hati. Dalam filsafat ilmu masuk dalam pikiran manusia yaitu otak, tetapi dalam spiritualitas ilmu masuknya dalam hati.

Pikiran terdiri dari empat unsur yaitu sintetik, a priori, analitik, dan a posteriori. Contoh, mas Arma dan mas Latif, mas Arma memiliki rambut panjang dan mas Latif memiliki rambut pendek, apabila saya melihat mas Arma kemudia mas Latif maka saya melihat sebuah fenomena yang berbeda dan kemudian fenomena tersebut bisa gabungkan. Itulah yang di maksud bahwa mas Arma dan mas Latif ada di pikiran saya. Mas Arma dan mas Latif saya persepsi, kemudian pemahaman itulah yang dimaksud dengan intuisi.

Gabungan antara persepsi menghasilkan sintetik. Pemahaman a posteriori menjadi komponen-komponen penyusun berpikir analitik. Berpikir analitik konsepnya adalah valid, valid adalah dapat dipercaya (didefinisikan). Jadi, analitik adalah sejalan di atas konsep-konsep yang valid, misalnya bilangan.

Kuliah ditutup dengan membaca doa sesuai kepercayaan masing-masing.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENERAPAN FISAFAT DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH DASAR

Sebuah pengantar, Refleksi Perkuliahan Filsafat Ilmu Pertemuan Pertama oleh Dosen Pengampu Prof. Dr. Marsigit, M.A.